بِسْــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
BAL'AM BIN BA'URA
Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur'an
surah Al-Araf: 175-177
Bal'am bin Ba’ura adalah seorang ulama dari kalangan Bani Israil yang hidup di zaman Nabi Musa Alaihi Salam.
Beliau dikaruniai ilmu, nama² Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mulia (Ism al Adzham), dan berbagai kelebihan lainnya, sehingga setiap doanya selalu Allah Subhanahu Wa Ta'ala ijabah.
Suatu ketika Nabi Musa Alaihi Salam. dan rombongannya melakukan perjalanan dari Mesir. Beliau singgah di tanah Bani Kan’an, tempat Bal'am tinggal.
Melihat kedatangan Nabi Musa Alaihi Salam. bersama orang² saleh lainnya, penguasa dan beberapa orang pemuka kabilah merasa terancam kedudukannya.
Mereka meminta Bal’am agar mendoakan Nabi Musa dan pengikutnya binasa.
Mereka mendatangi Bal’am seraya berkata:
"Wahai Bal’am, Musa bin Imran telah hadir di tengah Bani Israil. Kami khawatir kalau mereka akan mengusir kami".
"Sesungguhnya kami adalah kaummu, dan engkau adalah orang yang terkabul doanya".
"Keluar dan berdoalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar menimpakan keburukan kepada mereka".
Pada awalnya Bal’am menolak.
Beliau menyadari, kalau Nabi Musa adalah utusan Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang berada di jalan kebenaran.
Karena itu, tak mungkin baginya memusuhi Nabi Musa dan pengikutnya.
Bal’am berkata:
"Celaka lahh kalian, Nabi Allah itu dijaga oleh para malaikat dan orang-orang beriman".
"Bagaimana mungkin aku mendoakan keburukan atas mereka, sedangkan kelebihan yang aku miliki ini juga dari Allah Subhana Wa Ta'ala?".
"Jika aku berdoa kepada Allah supaya menolak Musa berikut orang-orang yang menyertainya, niscaya lenyaplah dunia dan akhiratku".
Tetapi, karena dahsyatnya bujuk rayu sang penguasa yang akan memberikan harta dan kedudukan padanya, istrinyapun goyah dan meminta agar Bal'am menerima tawaran tersebut.
Iman Bal’ampun ikut goyah dan tak kuasa menolaknya.
Akhirnya Bal'am bin Ba'urapun bergabung bersama penguasa dzalim. Sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencabut semua kemuliaan yang ada padanya.
Bal’am kemudian menaiki keledainya menuju bukit Husban, dari sana ia dapat melihat Nabi Musa dan pengikutnya.
Baru berjalan beberapa langkah, keledainyapun menderum, tak mau jalan. Bal'ampun turun dan memukulnya.
Awalnya keledai itu tak mau jalan. Tetapi karena dipukul keras, keledai itupun berdiri.
Baru berjalan beberapa langkah, keledai itupun berhenti, lalu dipukulnya kembali hingga berdiri.
Selanjutnya, keledai itu terus menolak tak mau jalan.
Ketika ia kembali menyiksa keledainya, maka Allah mengizinkan keledai tersebut berbicara padanya.
Keledai itu berkata:
"Celaka engkau, wahai Bal’am! Kemana engkau hendak pergi? Tidakkah engkau melihat paramalaikat di hadapanku menolak?".
"Apakah engkau hendak pergi kepada Nabi Allah dan kaum mukminin untuk mendoakan keburukan kepada mereka?".
Namun Bal'am yang sudah bergabung dengan penguasa dzalim itu, tak peduli dan terus memukulnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala membiarkan keledai itu berjalan hingga sampailah di hadapan Nabi Musa Alaihi Salam dan Bani Israil.
Kemudian Bal'ampun mulai mendoakan keburukan kepada Nabi Musa Alaihi Salam dan para pengikutnya.
Tetapi tidaklah ia mendoakan keburukan kepada Nabi Musa Alaihi Salam, melainkan Allah memalingkan lisannya, sehingga mendoakan keburukan kepada kaumnya sendiri.
Melihat Doanya yang terbalik, kaumnyapun langsung protes:
"Wahai Bal’am, Apakah engkau tahu apa yang engkau lakukan? Engkau hanyalah mendoakan kebaikan kepada mereka dan mendoakan keburukan kepada kami?".
Ia menjawab:
"Inilah yang tidak aku kuasai. Ini sesuatu yang telah Allah tentukan".
Kemudian lidahnya menjulur sampai ke dadanya, lalu ia mengatakan:
"Sekarang telah hilang dariku dunia dan akhirat. Tidak tersisa lagi selain makar dan tipu daya, maka aku akan membuat makar dan tipu daya untuk kalian".
Allah menurunkan berbagai macam bencana, serta penyakit menular yang menewaskan lebih dari 70.000 orang. Dan menjadikan lidah Bal’am menjulur seperti seekor anjing.
Begitulah kemurkaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala terhadap penguasa dzalim dan ulama yang rela menjual agamanya demi harta dan kedudukannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala hinakan mereka seperti seekor anjing yang setia kepada majikannya. Diberi peringatan ataupun tidak, ia akan tetap menjulurkan lidahnya.
Begitulah nasib ulama yang rela menjual agamanya, demi harta, jabatan dan orang2 yang membayarnya.
Kisah tersebut Allah Subhanahu Wa Ta'ala ceritakan dalam kitab suci Al-Qur'an.
Surah AL-A'RAF ayat 175-177.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala kuatkan iman islam kita. Dapat istiqamah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, hingga wafat dalam keadaan Husnul Khatimah. Aamiin.
Wallahu A'lam Bishawab
2 Komentar
Ternyata sudah ada sejak zaman dulu
BalasHapusSampai sekarangpun masih ada
BalasHapus